Senin, 13 Juli 2015

???

"Sampai kapan lo mau kaya gini terus Na? Wake up, your life must go on girl..!!", untuk kesekian kalinya Dian memberiku wejangannya.
"Lo nggak capek-capek ya nek. Kan gue udah bilang, gue belum bisa lupain Obi."
"Lo bukannya belum bisa Na, lo nggak mau nyoba."
"Eh nenek, lo lupa, gue udah pernah nyoba, sama Rifky, dan gue gagal."
"Itu karena lo tetap hidup dalam bayangan Obi. Na, gue tahu lo punya cerita indah sama Obi. Tapi seindah apapun cerita itu, lo udah nggak bisa lanjutin. Cerita lo sama Obi udah selesai. SELESAI Na..!!!", Dian menekankan kata terakhir dengan sangat keras, dan itu cukup membuatku terdiam.
"Na, simpan memori tentang Obi rapat-rapat. Please, buka lagi lembaran baru hidup lo. Dengan orang lain. Karena dengan Obi semuanya udah nggak bisa."
Aku masih terdiam. "Gue yakin Na, Obi juga nggak mau lo kaya gini terus. Dia juga pasti pengen lo dapetin kebahagiaan lo sendiri."
"Tapi kemarin gue udah bahagia sama Obi. Kenapa dia malah ninggalin gue?", akhirnya air mata yang sudah mendesak ingin keluar sejak Dian memulai pembicaraan ini  tidak dapat lagi kutahan.
"Gue benci Obi, dia jahat ninggalin gue", isakku. Terbuka kembali luka dua tahun yang lalu.
Dian menarikku dalam pelukannya. "Semua udah jalannya kaya gitu Na. Gue yakin Obi juga nggak mau ninggalin lo. Tapi semua udah terjadi, nggak akan bisa diulang atau diperbaiki lagi. Gue yakin lo kuat Na. Lo orang baik. Gue yakin lo bisa bahagia nantinya walau bukan dengan Obi. Yang penting lo mau mencoba memulainya kembali Na."

                                                             -------------------------------

"Lho mas Rio packing mau kemana?", aku berdiri di depan kamarnya ketika melihat Mas Rio sedang memasukkan pakaiannya ke dalam koper. "Nah tuan putri akhirnya keluar juga dari istananya, udah selesai bertapanya non? Jadi yang mana yang dipilih? Bapak Dokter atau Tuan Insinyur?", bukannya menjawab Mas Rio malah menggodaku. Aku pukul bahunya dengan buku yang dari tadi kupegang.
"Aaww, ya ampun adikku ini bertapa buat nentuin pilihan atau nambah kekuatan sih?"
"Rasain..!! Lagian ditanya bukannya dijawab malah ngomongin yang lain."
"Lho Mas kan cuma pengen tahu, kemarin Ibu bilang ada yang deketin adiknya mas ini. Dua orang lagi. Hihihi", Mas Rio ngomong sambil ketawa-ketawa melihatku.
"Mas mau kemana sih?, aku balik lagi nanya, mengalihkan pembicaraan, kalau nggak, Mas Rio nggak berhenti bahas tentang itu.
"Ke Manado. Mas dapet tugas untuk nanganin proyek di sana.", jawabnya sambil melanjutkan packing.
"Lama mas?", tanyaku. "Dua tahun Na, nggak tau kalau misalnya ntar berlanjut."
"Yah, lama banget mas. Tapi mas pulang kan ntar pas aku wisuda?"
"Mas usahain pulang ntar Na."
"Kapan mas berangkat?"
"Besok pagi Na."
"Hah..??!! Cepet banget mas.", aku tarik Mas Rio keluar kamar. "Eh mau kemana Na, mas kan masih belum selesai packingnya."
"Mas masih ada hutang janji kan sama aku? Jangan bilang lupa deh. Besok mas udah mau berangkat, jadi janjinya harus dibayar hari ini".
"Ya ampun kamu ini. Paling nggak biarin mas selesain dulu packingnya Na. Lagian masa keluar dengan pakaian kaya gini sih."
"Nggak apa-apa, mas Rio kan udah ada Mbak Intan juga. Nggak usah genit mau acara dandan segala. Buruan ah..". Aku lemparin kunci mobil ke mas Rio.
"Bu, Karina keluar ya sama Mas Rio", izinku sama Ibu yang sedang sibuk di dapur.
Dan seharian itu, aku dan Mas Rio berkencan. Setidaknya mungkin itulah yang dilihat oleh orang lain yang nggak tahu kalau sebenarnya Mas Rio adalah kakakku. Hehehe.
Mas Rio memang satu-satunya tempat aku bisa bebas bermanja-manja. Dia selalu menuruti kemauanku. Mungkin karena aku adik satu-satunya. Terlebih setelah dua tahun lalu, aku mengalami peristiwa yang cukup menyakitkan. Mas Rio semakin memanjakan aku. Selalu menjadi 'guardian angel' bagiku, selain Dian, sahabat terbaikku tentunya. Aku nggak tahu jika tidak ada mereka berdua, juga Bapak dan Ibu, mungkin aku belum bisa hidup normal kembali.

                                                               -------------------------------

Aku masih menangis di bahunya Mas Rio. Pagi ini, aku, Bapak dan Ibu, serta Mbak Intan, tunangannya Mas Rio mengantar Mas Rio ke Bandara. Mengingat dua tahun akan berpisah dengannya membuatku merasa sedih dan kehilangan.
"Udah dong Na, nggak malu tuh dilihatin orang. Udah tua juga nangis kaya gitu. Apa coba ntar kata Pak Dokter atau Tuan Insinyur kalo lihat kamu kaya gini. Aduh jelek banget, bisa-bisa mereka ilfeel lihat kamu kaya gini."
Bapak, Ibu, dan Mbak Intan tersenyum mendengar celetukan Mas Rio.
"Jadi kamu belum nentuin Na, mau pilih yang mana? Dua-duanya cocok kok jadi mantu. Ya nggak Pak?", ibu ikut-ikutan sambil melirik Bapak.
"Oh ya jelas tho, mereka kan anaknya teman-teman Bapak. Jadi udah jelas bibit, bobot, dan bebetnya. Siapapun yang dipilih putri Bapak ini di antara mereka, ya Bapak setuju aja nduk", jawab Bapak sambil mengelus rambutku.
"Tuh kan Na. Tinggal pilih aja kok. Bapak Ibu udah setuju. Atau kamu udah punya pilihan sendiri ya? Kalau udah ada buruan dikenalin, biar Pak Dokter sama Tuan Insinyurnya nggak kelamaan nunggu, kasihan kan..??!! " Mas Rio masih terus melontarkan kata-katanya untuk menggangguku.
"Ah Mas Rio cerewet banget ih", aku pun berdiri dan pergi ke toilet, menghindar dari obrolan yang menjadikanku pusat pembicaraan.
Setelah aku balik dari toilet, ku lihat Mas Rio sudah berpelukan dan berpamitan dengan Bapak, Ibu, dan Mbak Intan. Aku langsung memeluknya dan menangis lagi.
"Baik-baik ya adik mas di sini. Kalau ada apa-apa cerita sama Bapak Ibu, juga Mbak Intan. Kamu juga bisa telpon mas kapan aja. Jangan sedih terus. You deserve to be happy sist..!!

                                                               -----------------------------------

Aku dan Dian baru saja  selesai fitting baju kebaya yang akan kami gunakan untuk acara wisuda minggu depan.
"Na, lo mau kemana dari sini? Temenin gue cari kado yuk. Sekalian dah lama ni nggak ngapelin Bang Mamat."
Aku tertawa inget Bang Mamat, pemilik warung makan langganan kami yang dulu pernah nembak Dian buat jadi pacarnya. Hehehe.
"Ayo deh, gue juga nggak ada acara apa-apa lagi. Lo mau cari kado buat siapa nek?", tanyaku.
"Buat ponakan gue, anaknya Kak Vina. Masih dua minggu lagi sih ultahnya, tapi minggu depan ntar nggak sempet gue takutnya. Mumpung ada waktu sekarang. Lagin gue takut keburu lupa."
"Dasar nenek, masih muda udah parah memori lo."
"Yah, you know me so well baby. Lagian kan ada lo yang melengkapi kekurangan gue itu", ujarnya sambil mencolek  daguku. "Najis lo..!" Dian cuma ngakak dengerin umpatanku.

"Eh gimana Mas Rio datang ntar pas wisuda Na?", tanya Dian ketika kami udah nyampe di  tempatnya Bang
Mamat setelah acara cari kado selesai.
"Nggak tau, gue lagi ngambek sama Mas Rio. Dia udah super sibuk banget sekarang. Tiap gue telpon dia bilang lagi ada acara, pengajianlah, mabitlah, atau apaan nggak ngerti gue. Tapi, awas aja kalau dia nggak pulang. Nggak akan gue maafin dia."
"Pengajian? Mabit? Kaya acara anak Rohis di kampus Na. Iya nggak sih?"
"Mana gue tau nek, gue kan gaulnya sama lo mulu. Mana gue paham yang kaya gitu. Lo kan sesat. Hahaha.."
"Sialan lo, gue juga ga sesat-sesat amat kali, nyasar aja dikit. Habis pemuda berjenggot itu nggak ada yang mau ngebimbing gue Na." Aku ketawa denger jawaban Dian yang asal.
"Eh tapi Mas Rio belakangan ni nggak  pernah lagi tuh nyuruh gue untuk nerima Pak Dokter sama Tuan Insinyur yang deketin gue itu. Malah Mas Rio bilang ke Ibu untuk bilang ke mereka nggak usah dateng lagi kecuali udah siap nikahin gue. Aneh sih, tapi gue sih seneng aja, gue bebas dari pertanyaan bapak sama ibu, gue juga nggak sreg tuh sama mereka."
"Wih, serius lo, Mas Rio bilang gitu? Tapi lo yakin nggak akan milih di antara dua orang itu? Buat gue aja kalo gitu Na. Eh tapi gue nungguin Mas Rio sih", lanjutnya yang ku respon dengan jitakan di kepalanya. Sejak aku bersahabat dengannya, sejak kami di SMA, Dian ini emang udah jadi fansnya Mas Rio.
"Mbak Intan, tunangannya, mau lo kemanain? Lagian gue nggak rela punya kakak ipar kaya lo nek." Dian pun cemberut.
"Na, urusan jodoh kan nggak ada yang tau. Emang kalo udah tunangan pasti jadi gitu. Lo lihat aja sekarang, yang udah nikah aja dengan mudahnya bisa cerai. Siapa tau Mas Rio jodoh gue. Who knows? Selama janur kuning belum terpasang, nggak apa-apa dong gue ngarep. Kalo janur kuning udah terpasang pun nggak apa-apa, kutunggu dudamu deh", jelasnya sambil senyum-senyum sendiri. Dan aku pun ketawa dengerin penjelasan Dian. "Stres lo nek. Segitu ngefansnya lo sama Mas Rio."
"And then, how bout yours? Udah bisa move on Na?", senyum tiba-tiba hilang dari wajahku. Mulai lagi nih,batinku. Melihatku diam, Dian mulai keluar lagi tanduknya. Oh No...!!!
"Na, jangan-jangan lo nolak dokter dan insinyur itu bukan karena lo nggak sreg sama mereka ya? Lo masih nginget Obi?" Aku pura-pura sibuk menikmati minumanku, nggak berani menatap Dian.
Dian  menggenggam tanganku, "Na, please...!!!"
"Gue belum bisa", hanya itu yang bisa keluar dari bibirku. Terdengar helaan nafas dari Dian.
"Na, lo yakin Obi mau lihat lo kaya gini? Gue yakin Obi juga mau lihat lo bahagia Na"
"Dian, gue bahagia dengan keadaan gue sekarang. Gue punya keluarga yang selalu ada buat gue, gue punya lo di samping gue, dan gue masih punya Obi dalam hati gue. Dan itu sudah cukup membuat gue bahagia. So, gue nggak harus mencari-cari kebahagiaan lain lagi."
"Tapi Na, keluarga lo dan juga gue nggak akan selalu bisa ada buat lo ke depannya. Nggak akan bisa dampingin lo selamanya. Time flies. Everything will be changed. Each of us will makes our own business. That's why you'll need someone to be happy with till the end Na."
"Oh, jadi lo nganggep gue bakal ganggu masa depan lo ntar? Okay fine, then i know that i won't be in your future. I get it. Sorry gue balik duluan." Aku pun pergi ninggalin Dian yang masih terdiam di tempatnya.
"I never mean like that Na. I just want to see you happy", lirihnya.

-----------
Line Notes 26042014

Minggu, 11 Januari 2015

It's 2015

Annyeong.. 

It's 2015 already saudara-saudara. Saatnya memasang target baru. Baru..?? Nggak juga sih, hehehe. Masih sama dengan tahun kemarin, cuma agak dipermak aja, itupun cuma dikit, hahaha. Poin nomor 5 dipending sampai batas waktu yang belum ditentukan, karena mau fokus ngurus lapak sendiri dulu tahun ini. Tambahannya adalah manajemen waktu yang lebih baik, fokus dan konsisten berusaha, dan always give the best in everything you do. Jangan sampai target tahun depan balik sama lagi kaya sekarang. karena, itu sungguh terlalu. :( Just remember Bo, Practice + Repetition make Habbit, so always do the good ones.

Btw, tahun baru, suasananya baru juga, yaahuuuu..!! :) Karena pada akhirnya, pindah juga dari kosan yang lama. Krisis air teratasi sudah. Kosan baru airnya melimpah, Alhamdulillah. Tempatnya juga lebih "hijau". Pagi-pagi masih bisa nyium bau rumput basah, dengerin kicau burung, bisa lihat kerbau dan sapi sarapan. Syahdu habis pokoknya. 

Ini penampakan depan kos baru. :)



Walau lebih jauh dan lebih mihil nggak apa-apa deh, it's worth it. Lagian di kos baru tetanggaan sama Sarah dan Yuna, jadi walau lebih jauh untuk ke kantor, aku rela deh jalan kaki, karena ada teman jalan, sekalian biar lebih hemat dan sehat juga, hehe. Siapa tahu banyak jalan, aku bisa cepat berubah jadi kayak Yuri. (kata Kak Betta, kalo kayak Yoona bakal lebih lama berubahnya, jadi ganti Yuri aja deh. Atau Tiffany aja yah. kalo nggak Taenggo aja. Hahahaha. Nggak ngaruh juga kali Bo, sama aja, sama-sama susah #frustasi)

Dan yang baru juga adalah, dapet tanggung jawab baru di kantor. Lebih berat banget banget. Harus lebih banyak belajar jalanin tugas tersebut. Tapi udah janji nggak boleh nyerah kan ya, berusaha dan yakin aja pokoknya. Yang sudah dipilihin sama Allah adalah yang terbaik, selalu akan ada jalan dan kemudahan dariNya. Semoga 2015 menjadi tahun yang sangat bersahabat untuk semua. Fighting..!!!! 





Rabu, 06 Agustus 2014

Titip Rindu Buat Ibu


Sudah tak bisa lagi mendengar suaramu
Sudah tak bisa lagi mencium harummu
Sudah tak bisa lagi melihat ragamu
Sudah tak bisa lagi merasakan sentuhmu
Sudah tak bisa lagi semua indera merasakan hadirmu 

Tidak ada lagi lantunan ayat suci dan senandungmu
Tidak ada lagi canda dan tawamu
Tidak ada lagi nasihat dan doa darimu
Tidak ada lagi saat-saat menghabiskan waktu bersamamu 

Namun, 
Semua kenangan tentangmu tetap ada
Cinta dan sayang untukmu tidak akan berubah
Semangatmu terus menggelora
Membantuku tuk terus berusaha wujudkan impianmu menjadi nyata
 
Aku rindu padamu ibu
Aku rindu berjalan di sisimu
Aku rindu memeluk dan mencium tanganmu
Aku rindu memasak dan makan bersamamu 
Aku rindu bercerita dan bergurau denganmu
Aku rindu berbagi impian bersamamu

Walau semua tidak akan pernah sama lagi
Akan selalu ada ingat di sini
Akan selalu ada doa di sini
Akan selalu ada harap di sini

Engkau hanya ada satu bagiku
Tidak akan ada yang bisa menggantikanmu
Ibu sekaligus sahabat sejatikuSebesar apapun cinta dan rindu
Semua hanya bisa kutitipkan padaNya, Pemilik Sejatimu

I love u Ibu






Selasa, 03 Juni 2014

Just Do It

Akhirnya sang waktu memberi jawabnya.
RESTART bukan OFF sebagai permulaannya.
Mengajak hati kembali berkompromi.
Mencoba bersinergi kembali.

Apa kabar jutaan mimpi?
Aku tak berjanji.
Hanya berharap tetap bisa berlari.
Walau pelan, tapi ku tak akan berhenti.

Tidak perlu membuat alasan.
Atau menyusun sebuah tujuan.
Karena untuk hal ini saya tidak bisa.
Saya hanya akan melakukannya.
Menjalankannya.
Just do it.



Minggu, 25 Mei 2014

My Sport Addiction (1)

One of my interests is everything related to sport. Kalau yang baru kenal dan lihat aku sekarang bakal ngerasa aneh kali ya. How can be a big and not-so-healthy woman like me said that she loves sport? But, that's the fact. :)

Dari kecil pembawaan memang udah tomboy banget, Tapi dapet momennya itu pas dipilih ikutan tim lomba SKJ dari sekolah kayaknya, kelas 4 atau kelas 5 kayaknya itu. Sejak itu, mulai deh antusias sama yang namanya olahraga. Jam olahraga adalah pelajaran favorit selama jadi anak sekolah. Pernah punya cita-cita jadi atlit malah dulu, tapi nggak kesampean, wkwkwk. Dulu mikirnya orang yang bisa olahraga itu harus punya bakat. Dan saya bukan orang yang membawa bakat, cuma orang yang tertarik dan mau belajar. Tapi nggak tahu juga waktu itu, nggak nemu aja jalannya buat belajar. Jadi cukuplah saya sebagai orang yang cukup puas menikmati olahraga di sekolah, walau keinginan untuk terus menambah kemampuan dan pengetahuan di bidang olahraga yang saya ikuti selalu ada, sampai sekarang. Saya juga sangat antusias dengan hal-hal yang berbau olahraga, baik ketika nonton tv, baca buku, koran dan majalah, bahkan ketika ngobrol soal olahraga. Idola saya pun kebanyakan atlit. Bahkan teman sekolah yang punya keistimewaan di bidang olahraga bakal bikin saya respek dan kagum sama mereka. Dan pastinya kriteria cowok idaman dulu adalah yang pinter atau paling nggak suka juga sama olahraga, hihihi.

Sadar nggak bisa jadi atlit, jaman SMP, punya keinginan untuk jadi wartawan olahraga. Asyik banget kayaknya bisa ketemu atau wawancara sama atlit. Tapi sekali lagi, dulu saya nggak berani bermimpi, saya sudah harus puas dengan rutinitas seperti murid-murid sekolah lainnya, dan olahraga hanya menjadi bagian dari rutinitas yang saya sukai dan nikmati secukupnya. Tidak berani berkeinginan lebih dari itu. :)

Olahraga yang membuat saya tertarik dari dulu memang yang bentuknya permainan dan dalam tim gitu deh. Mulai dari voli, basket, sepakbola, jaman SD dulu sering main kasti. Untuk olahraga yang bisa perorangan dan tim seperti badminton, tenis meja, atau tenis yang belakangan baru diikuti, saya lebih suka yang double daripada yang perorangan. Bahkan dalam cabang olahraga lain pun saya akan lebih tertarik melihat yang memperlihatkan kerjasama dalam sebuah tim. Saya senang aja melihat orang-orang di dalam tim itu saling menyemangati dan memberikan dukungan. Gembira dan berteriak bersama ketika menang, atau merasa sedih dan saling menguatkan ketika kalah. Rasanya ikut merasakan dan terbawa aja, hati saya bisa ikutan menghangat melihat kekompakan sebuah tim. Mungkin bagi beberapa orang sedikit berlebihan, tapi itulah yang saya rasain. :)

Walaupun olahraga yang saya lakukan tidak bertujuan untuk mengejar suatu prestasi, tapi sisi kompetitif diri saya akan selalu muncul ketika melakukannya. Setidaknya di lingkungan sekitar, saya akan senang jika saya bisa berada pada posisi atau mencapai suatu standar yang bagus dalam bidang olahaga yang saya ikuti. Ketika di sekolah, olahraga adalah salah satu pelajaran yang buat saya selalau semangat menjalaninya dan puas banget kalau dapet nilai bagus. Tiap ngambil nilai olahraga, saya ingin selalu di posisi terbaik. Dan masa-masa kuliah adalah saat yang paling membahagiakan buat saya karena saat itulah saya bisa sering merasakan atmosfir suatu pertandingan. Lebay? Saya memang lebay sih untuk urusan ini, hehehe. Walau cuma pertandingan lokal doang, ataupun kalau keluar kampus, kelasnya cuma pertandingan persahabatan, tapi saya puas dan senengnya kelewatan deh. Ngerasain euforia kemenangan, atau kesedihan dari kekalahan itu nggak bisa dijabarin deh rasanya. Pas di sekolah dulu pernah juga sih, tapi nggak sesering di kampus. Teman-teman dekat dan yang sudah 'kenal' dengan saya pasti bisa ngerasain antusiasnya saya dengan olahraga ini. :)
 
Saya mulai menjauh dengan olahraga sejak selesai kuliah dan mulai kerja. Olahraga hanya 'seperlunya' saja. Ketika masih 'magang' di kantor propinsi, tiap Jumat masih bisa senam dan belajar maen ping-pong (tenis meja). Ketika mulai ke Muara Enim, di kantor nggak ada acara olahraga, so paling saya jogging aja, itupun kalau saya nggak males, hehe. Senam pagi tiap Jumat mulai ada di tahun ke-4 saya kerja di sana. Pas pindah ke Lahat seneng sih di sini udah rutin senam tiap minggu. Tapi olahraga saya sebatas itu aja, sementara penyerapan tubuh saya sedang bagus-bagusnya, jadi nggak seimbang deh in out-nya, wkwkwk. Belum lagi di lingkungan saya, nggak ketemu 'teman seperjuangan' untuk olahraga, seperti pas kuliah, hehe. Mungkin karena sudah terlalu capek di kantor juga kali y, belum lagi kesibukan untuk urusan rumah tangganya, hehe. Kalau teman-teman cowok sih ada beberapa, tapi ya tetap aja beda kalau dengan teman cewek kan ya. :) 

Belakangan ini saya sedang berusaha kembali mengolahragakan tubuh saya, agar bisa lebih sehat dan fit. Mulai memperhatikan makanan yang masuk dan gerakin badan lagi deh. Banyak yang bilang saya diet, tapi sebenernya nggak juga sih. Fokus saya sekarang adalah untuk lebih sehat dulu. Tapi kalau bisa sekalian nurunin BB, alhamdulillah banget. Siapa juga yang nggak mau punya tampilan yang bagus dan ideal, hehe. Saya terus usaha memotivasi diri saya sendiri untuk merasakan kembali nikmatnya berolahraga. Salah satunya mencoba memunculkan kembali memori ketika saya merasakan olahraga sebagai sebuah adiksi. Tidak hanya manfaat buat fisik yang saya pengen dapetin dari olahraga. Saya butuh penyaluran positif dari 'stress' yang belakangan jadi teman dekat saya, hehe. Selama ini pelariannya selalu ke makanan, nah sekarang saya butuh 'peralihan'. Dan yang paling memungkinkan salah satunya adalah dengan olahraga.

Jogging/Lari
Ini adalah salah satu olahraga yang saya rutin lakukan ketika kuliah. Kalau pas masih jadi murid sih larinya pas pelajaran jam olahraga di sekolah doang. Pas di Jakarta, biasanya jogging di Taman Simanjuntak, Cipinang. Itu semacam tempat yang-wajib-diketahui-dan-didatangi oleh anak STIS, hehe. Tiap pagi di sana mesti ketemu dengan campus-mate. Baru-baru jadi mahasiswa udah diajakin ke sana rame-rame sama teman satu kontrakan dan tetangga. Disana ada juga senam yang bisa diikutin, dari aerobic, SKJ, senam pernafasan, bahkan senam manula pun ada. Kalo lagi males lari biasanya ikutan senam sih. Setelah hafal jalan ke sana, saya lumayan sering ke sana. Awalnya selalu bareng teman-teman sekontrakan kalau ke sana. Tapi nggak jarang saya lari sendirian juga. toh di sana mesti ketemu deh sama teman-teman sekampus. Kebiasaan habis lari sekalian pulang langsung beli sarapan dan belanja di pasar pagi deh, wkwkwk. 

Setelah naik tingkat 3 dan pindah kos di belakang kampus pun, saya tetap lari, walau jarak ke Taman Simanjuntak jadi lebih jauh. Baik sendiri maupun bareng teman-teman Charissma (nama kosan saya, hehe), atau janjian sama teman-teman lain. Setelah kenal sma Jerry, dan jadi penghuni tamu di TTM, saya sering mulai jogging dari sana, karena banyakan nginep di sana. :) Anak-anak TTM juga rajin-rajin sih ke Simanjuntak, selain buat olahraga, biasanya sekalian update dunia pergosipan di kampus juga, wkwkwk. Yah gitu deh, Taman Simanjuntak showed more than sport life there. :)

Setelah kuliah kelar, dan masih magang di kantor pusat, saya pindah kos lagi, tapi saya masih tetap rajin lari walau udah banyakan sendiri sih. Pas balik ke kampung halaman, saya baru lari lagi pas di Muara Enim, itupun anget-angetan. Kalau lagi rajin ya lari tiap pagi, kalau lagi kumat malesnya ya libur. Dan saya udah banyakan malesnya. Biasalah kalau sendiri, nggak ada temennya, motivasinya berkurang. Sekali doang jogging bareng teman-teman kantor di ME, waktu itu kita sengaja ke GOR dan olahraga di sana, jogging dan badminton. Tapi banyakan foto-fotonya sih. :)

Setelah pindah ke Lahat saya makin jarang jogging. Pernah berapa kali doang ke lapangan MTQ bareng Shinta sama Siska pas weekend dan pas saya nggak pulang ke Palembang. Itupun saya udah payah banget larinya, megap-megap deh napasnya, banyakan jalan doang jadinya. Nah sekarang saya pengen lagi nih nekunin lari ini. Alasan dan tujuannya saya ceritain di sini. Semoga saya bisa istiqomah deh, toh ini cardio yang murah meriah :)

TBC

Berhubung ceritanya masih panjang, dan saya harus melaksanakan kewajiban yang lain, ceritanya saya lanjutin di post berikutnya aja deh ya. :)

Sabtu, 24 Mei 2014

Karma Butterfly

By : SNSD/Girls' Generation

Romanizations

It’s fascination
kizuitetano
are kara zutto
kono cage ni
oshi yatta
hontou no jibun wo

kagami ni utsuru shoujo ni
sotto kiku no yo Who’s this girl
hoka no dareka wo playing role
enjiru no wa mou iya na no

tokihanatsu feeling
hane hirogete set me free
shukumei kara getaway
I’m a Karma Butterfly
kodou ga stop...stop...stop...stop beating
tomaru made no battle life
tokihanatsu feeling
I’m a Karma Butterfly

a sheer feather
matotta
tennyo no youni
doku obita
hane kara
kaoru incense

umare kawatte make a move
omoi no mama ni…
dare ni mo miseta koto nai
kao misete mitai…

tokihanatsu feeling
hane hirogete set me free
shukumei kara nigete
I’m a Karma Butterfly
modoranai slip...slip...slip...slip...slippin’ through
itsuwari dake no Battle life
ima koso release me
I’m a Karma Butterfly

toge ga sasatta mama de
tobitsuzukeru no da toshitemo
kamawanai seotte yuku wa
Only heaven knows, only heaven knows…, knows…, knows…!!!!!

tokihanatsu feeling
hane hirogete set me free
shukumei kara getaway
I’m a Karma Butterfly
kodou ga stop...stop...stop...stop beating
tomaru made no battle life
mada minai ai e
tobu Karma Butterfly


Translation

It’s fascination
Did you realize it
Since then
My true self
Has always been pushed
Inside this cage

To the girl reflected in the mirror
I ask softly, Who’s this girl
Acting out someone else’s playing role
I don’t want to do it anymore

Release this feeling
Spread those wings and set me free
Getaway from fate
I’m a Karma Butterfly
This pulse won’t stop…stop...stop...stop beating
Until the battle life ends
Release this feeling
I’m a Karma Butterfly

a sheer feather
Clothed
Like a celestial maiden
Tinged with poison
From my wings
The fragrant incense

I’m reborn, make a move
As I please...
I want to try to show a face
Which I’ve never shown anyone else before...

Release this feeling
Spread those wings and set me free
Run away from fate
I’m a Karma Butterfly
I won’t go back, slip...slip...slip...slip...slippin’ through
It’s just a fabricated Battle life
Now is the time to release me
I’m a Karma Butterfly

The thorns are still stuck
Even if I continue to fly
It doesn’t matter, I’ll keep on carrying it
Only heaven knows, only heaven knows…, knows…, knows…!!!!!

Release this feeling
Spread those wings and set me free
Getaway from fate
I’m a Karma Butterfly
This pulse won’t stop…stop...stop...stop beating
Until the battle life ends
To the love I don’t see yet
Fly Karma Butterfly


----------------

Selama ini kurang begitu memperhatikan tracklist di "Japan Album"nya SNSD. Tadi kebetulan lihat lagu ini dinyanyiin pas konser di Jepang, langsung suka deh, pas tahu liriknya, lebih suka lagi, hahaha. Liriknya semacam membangkitkan semangat gitu, dan beatnya juga asyik. Ini MVnya bukan Official  ya, karena ini fanmade aja.  Let's enjoy SONE.. :)


Run Often, Run Long

Empat hari saya absen ke sini, so hari ini saya harus lunasin hutang empat puzzle yang terlewat kemarin.Yupz, saya menargetkan jumlah post bulan ini harus bisa 13 alias one day one post sejak tanggal 19 Mei kemarin. Walau belum bisa benar-benar rutin nulis tiap hari, setidaknya target jumlah harus terpenuhi. Ini prosesnya, so let's enjoy it.

Minggu ini saya menambah satu lagi resolusi yang ingin saya capai di tahun ini. Apa itu? Saya pengen bisa berpartisipasi dalam lomba lari nih, minimal satu kali ikut 5K lah. Kenapa bisa berpikir gitu? Saya terinspirasi dari sebuah akun instagram yang saya ikuti yang melihatkan foto transformasi seorang Jessica Powers (@jesserunsfree), dan langsung mampir baca ceritanya di sini.


Kagum sama proses transformasinya. Dan semua itu dilakukannya dengan rutin lari. Bukan hanya "weight-loss"nya yang menjadi perhatian saya, tapi bagaimana dia bisa mencapai target-target yang dia buat untuk prestasi larinya sendiri. Kerenlah pokoknya. Dari akunnya, saya jadi banyak mampir ke akun-akun lain yang berkaitan dengan lari. Semakin banyak saya nyasar ke akun-akun tersebut, saya semakin tertarik juga untuk memulai lari juga. Latah ya saya. Emang sih, tapi saya pikir nggak ada salahnya mencoba. Toh nggak bakal rugi apa-apa kok, malah saya pikir bakal banyak benefit yang bakal saya dapetin. Tinggal mulai rutin lari aja toh. Saya nggak menargetkan bisa seperti Jessica, tapi dengan konsisten, saya yakin bisa juga menunjukkan suatu perubahan. Nggak hanya masalah "weight-loss", walau kalau itu juga dapet, saya bersyukur banget, hehehe. Tapi saya lebih fokus ke mindset untuk mengolahragakan kembali badan saya. Toh selama ini saya udah jauh banget, kalau nggak bisa dibilang cerai sama olahraga/exercise. Makanya badan subur banget, bahkan jadi lebih akab sama penyakit. :( Target bisa ikut lomba itu buat memacu saya agar terus bisa rutin 'latihan'.    
Olahraga lari sebenarnya bukan hal baru buat saya. Saat kuliah saya sudah biasa untuk jogging. Saat itu saya sering lari ke Taman Simanjuntak. Walau nggak rutin-rutin banget juga sih, hehehe. Ketika sudah kerja pun, di Muara Enim, saya masih suka jogging. Walau nggak sesering saat kuliah, wkwkwk. Sejak di Lahat, udah pernah juga lari pas weekend. Tapi belum pernah lari sendiri. Belum nyoba, hehehe. Kalau pas weekend di Palembang, belum pernah juga sih, saya cuma pernah sepedaan aja. Yah walaupun belum bisa jadi modal, paling nggak saya udah pernah larilah, hihihi. 

So, dalam minggu ini tadi saya udah mulai coba berlari ceritanya. But, hasil berapa hari ini benar-benar mengejutkan saya. PRnya banyak banget euy. Nggak lebih dari 10 menit saja ternyata saya mampunya. Itupun badan udah terasa gatal semua, napas ngos-ngosan, kepala pusing, dan betis saya berasa kenceng banget. Tapi saya anggap wajar, karena memang saya udh lama banget nggak lari euy, belum lagi badan yang sekaang lebih berat dari sebelumnya. Saya juga belum berani langsung memforsir badan saya. Perlu banyak-banyak adaptasi lagilah kayaknya badan ini. Dan urusan gatal-gatal yang saya rasain itu buat saya penasaran juga. Tapi saya inget sih dulu juga waktu masih sering lari saya pernah ngerasain itu kalau baru mulai lari setelah lama 'hiatus'. Tapi memang belum pernah saya coba cari tahu kenapa. Nah kemarin mumpung inget, saya tanya deh sama si mbah yang serba tahu.

Setelah baca-baca, ternyata saya baru tahu kalau gatal itu bisa karena alergi dan masalah sirkulasi. Karena udah lama nggak olahaga/exercise, tubuh belum terbiasa, dan kesulitan untuk mengalirkan darah. Dan ini bisa hilang dengan sendirinya ketika tubuh sudah terbiasa dengan beberapa kali sesi latihan rutin. So untuk selanjutnya, saya coba 'cuekin' aja itu rasa gatal-gatal. So selama berapa hari percobaan ini, saya masih dalam tahap pengenalan kembali, walau badan banyak protes, betis saya aja rasanya masih kenceng banget sampai sekarang, tapi saya coba ingat tujuan yang ingin saya capai, dan semangat saya masih tinggi. Apalagi dengan lari ini, saya merasa mood saya bisa lebih baik, walau belum stabil juga sih. Saya hanya butuh membiasakan saja. Toh selama ini pun saya sudah biasa lari, LARI DARI KENYATAAN, hahaha.

Minggu terakhir di bulan Mei ini saya menargetkan bisa 15 menit berlari dengan konsisten. Saya berniat untuk bisa lari dimanapun saya berada. So, mulai sekarang Lek Polan ini akan menjadi teman setia saya dan ikut kemana pun saya pergi. :)