Rabu, 30 April 2014

Serba Salah

Ada di suatu kondisi dimana semua menjadi terasa salah.

Ketika yang benar berubah menjadi salah.
Ketika yang salah menjadi semakin salah.
Ketika yang mulus menjadi retak.
Ketika yang retak menjadi hancur.
Sepertinya tidak ada lagi yang tersisa.

Pikiran yang tak berujung.
Pertanyaan yang tidak terjawab.
Kebingungan yang tak ada habisnya.
Ketakutan dan kegelisahan yang semakin menjadi.

Seperti mengharap sang waktu kan kembali.
Agar kata yang salah terucap dapat ditarik kembali.
Agar tindakan yang salah dilakukan bisa diperbaiki.
Agar waktu yang tersia-sia bisa dimanfaatkan.

Tapi waktu tidak bisa berkompromi.
Memaksa semuanya terus berlari.

Pikiran tidak akan berhenti.
Memaksa untuk mencari jawaban akan pertanyaan-pertanyaan yang terus muncul dan terus bertambah setiap detiknya.
Begitu sulitkah menemukan jawabnya?
Tidak, jika hanya untuk menjawab dengan benar.
Tapi yang dibutuhkan bukan hanya yang benar, tapi tepat. 
Pas. Sesuai dengan takarannya. 
Dan itu tidak selalu sama bagi semua. 
Bahkan untuk beberapa itu akan terasa berlebihan.
Tidak ada yang salah untuk sebuah selera.
Namun tetap saja dinilai salah.

Hatipun tidak akan pernah berhenti.
Memaksa untuk terus merasa.
Merasakan semua rasa yang ada.
Juga untuk rasa yang tidak selalu indah dan membuat bahagia.
Bingung, takut, gelisah akan terus mendera.
Membawanya menyebar bersama aliran darah.

Ketika hati dan pikiran terasa lelah.
Kaki menjadi berat untuk melangkah.

Hingga sampai suatu masa, 
Ingin melakukan untuk tidak melakukan apa-apa.
Ingin berpikir untuk tidak memikirkan apa-apa.
Ingin merasa untuk tidak merasakan apa-apa.

Mustahil, kecuali jika raga sudah tak bernyawa.



Selasa, 22 April 2014

Persimpangan

Bingung dengan rasa ini.
Bingung dengan apa yang harus dilakukan.
Bingung jalan mana yang harus ditempuh.
Langkah selalu terhenti di titik ini.

Haruskah terus berjalan di sini tanpa hati.
Atau mencoba merayu hati untuk bisa bersinergi.
Atau haruskah kurubah arah ini mengikuti kata hati.
Memulai semuanya dari awal kembali.

Mengikuti plihan hati atau berkompromi?




Senin, 21 April 2014

Maaf



Maafkan anakmu Ibu,
Belum bisa memberikan kebahagiaan dan mewujudkan cita-cita semasa hidupmu.

Maafkan putrimu bapak,
Belum bisa mendampingi dan memberikan perhatian sepenuhnya untukmu. Belum bisa menjadi kebanggaan untukmu.

Maafkan kakakmu adik, 
Belum bisa memberi contoh yang baik dan tidak selalu ada di saat yang dibutuhkan.

Maafkan aku keluarga besarku,
Sering melewatkan kebersamaan dengan kalian.

Maafkan aku sahabat-sahabatku,
Belum bisa menjadi sahabat yang baik untuk kalian.

Maafkan aku pekerjaanku,
Belum bisa mencintai kalian sepenuh hatiku.

Maafkan aku rekan-rekan kerjaku, 
Belum bisa maksimal bekerjasama dengan kalian.

Maafkan aku ragaku,
Belum berlaku adil dan terus menyiksamu dengan sesuatu yang tidak kalian sukai.

Maafkan aku impian-impianku
Sering merasa lelah untuk mewujudkan dan memperjuangkan kalian.

Maafkan hambaMu Tuhan, 
Sering lupa bersyukur atas nikmatMu, hanya bisa merengek meminta pertolonganMu, dan belum sepenuhnya menjalankan tugas sebagai makhlukMu di dunia ini.

Maafkan aku untuk kalian yang tersakiti,
Sudah membuat goresan luka di hati kalian dan belum mampu menghapusnya.

Maafkan aku untuk kalian yang menaruh harapan padaku,
Aku hanya bisa mengecewakan kalian.

Ketika rasa bersalah mennyelimuti.
Ketika asa dan harapan belum bisa terpenuhi.
Ketika langkah menjadi terhenti.
Ketika kata-kata tidak dapat ditarik kembali.
Ketika waktu tidak dapat diputar kembali.
Hanya satu kata yang bisa mewakili, MAAF..